KAMI NHKBP PEARAJA MENGUCAPKAN TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA !

Kami menerima laporan kegiatan dari teman-teman NHKBP untuk dipublikasikan ke blog NHKBP-PEARAJA dengan mengirim e-mail ke: nhkbp_pearaja@yahoo.com.

Kamis, 27 Agustus 2009

Cerber!

Kebahagiaan kuraih!

Teriknya matahari siang ini membuat keringatku membanjir di seluruh tubuh. “Sial, sudah panas, debu, asap ….. benar-benar menyebalkan” gerutuku dalam hati. Yah, sambil komat-kamit, aku tetapkan langkahku menuju tempat les yang dalam 3 bulan ini harus ku tempuh dengan jalan kaki…..oh bapak, mama....bisakah belikan aku sepeda motor…keluhku dalam hati. But it’s ok, hiburku dalam hati. Aku pasti bisa beli sepeda motor dengan hasil kerjaku sendiri…liat aja ya pak, ma, janjiku pada diri sendiri.

Akhirnya aku tiba juga di tempat les, ku lirik jam tangan Quartz dengan tali dari kulit berwarna coklat tua yang melingkar di pergelangan tanganku, masih ada waktu 10 menit lagi untuk mengeringkan keringat, pikirku. Sambil berjalan menuju pohon di taman tempat les, aku mengeluarkan buku dari tas untuk kujadikan pengganti kipas alias kipas darurat hehehhh… “Akh, syukur deh pohon kamu ada di sini, kalau ga, mana ada segar-segarnya situasi tempat les ini. Emang benar juga kata guru biologi, saatnya bagi semua orang untuk mengkampanyekan Integration of Creation. Salah satunya, yah kamu pohon rindang”, dialog dalam hatiku sambil sedikit tertawa sendirian, mengkhayal. Tiba-tiba sekumpulan anak laki-laki datang mendekat, yang ternyata sudah memperhatikan aku dari tadi. Salah satu dari antara mereka, bertubuh tegap dan tinggi, mirip Michael Jordan gitu, tapi kulitnya coklat, rambut agak gelombang, di cat dengan warna blonde, lumayan kerenlah penampilannya tapi temannya yang 4 lagi, semuanya ancur. Nah si blonde itu yang paling mengesalkan, dengan sombong dia berkata, “heh, anak baru ya, kamu itu sudah melanggar peraturan di tempat ini. Yang pertama, lancang duduk di wilayah kekuasaanku, kedua, cengar-cengir di wilayah kekuasaanku, ketiga, hanya orang cantik saja yang bisa ada di wilayah kekuasaanku, keempat, kamu……tidak termasuk di bagian ketiga. Sekarang, angkat kaki dari sini sebelum aku yang menendangmu. Mengerti???!!!! dengan matanya yang terbelalak. “Sialan..” aku langsung berdiri, darahku mendidih. Pas aku ingin menyumpah serapahi anak katak yang ga tau diri itu, tiba-tiba lonceng langsung bunyi pertanda aku harus masuk dan tidak boleh terlambat. Apalagi tutor untuk jadwal hari ini, mirip harimau yang ga pernah kenyang, pelan kuhembuskan nafasku untuk menetralkan emosi, terus mengacungkan jari telunjukku tepat di hidung si blonde yang sok berkuasa itu, ketika itu ekpresi wajah mereka berubah semua, tidak tau kenapa. Lalu aku pergi meninggalkan mereka, sambil ku dengar mereka tertawa, tapi aku tidak tahu pasti apakah mereka tertawa karena aku atau karena si blonde yang hampir kujadikan ikan asin dendeng itu.

Keesokannya di sekolahan, aku menceritakan kejadian itu secara mendetail kepada sahabatku Defriu, cewek lembut, rendah hati, pintar dan berasal dari keluarga yang berada. “Ke kantin yuk” ajakku kepada Deu, sebutanku memanggil namanya, sesudah aku selesai menceritakan kisahku itu. “Boleh, mau makan apa emang? Aku yang traktir ya” pintanya. “Ups, kamu lagi ngrayain apa emang…” tanyaku dengan senyum tipis. Lalu kami pergi menuju kantin. Setelah pesanan datang, dengan duduk berhadapan sambil menikmati bakso dan teh sosro, Deu membuka pembicaraan. “Oh yah, aku belum cerita pada orang lain, tapi karena kamu sahabatku maka sangat penting buatmu untuk mengetahuinya,” katanya sedikit cuek. Dengan tatapan penasaran dan kening yang berkerut berusaha seperti membahasakan maksud pembicaraan Deu,...tapi Deu yang tau menafsirkan gelagatku, tanpa ditanya dia langsung menjawab, “Minggu depan, aku akan pindah sekolah ke Belanda bersama dengan adik aku karena nenek yang minta.” Tidak heran karena Deu itu adalah hasil dari percampuran, bapak Deu aja seorang yang berkebangsaan Belanda ibunya Indonesia. “Sekolah kamu gimana? Minggu depan berangkat trus urusan pindah sekolah siapa yang handle, lagian emang di sana kamu punya teman, dan temanku siapa Deu?” serbuan pertanyaan kutumpahkan karena begitu shock mendengar berita yang menyebalkan itu sambil menatap Deu yang masih tetap cuek. Sambil mengaduk bakso, Deu menjawab “iya Yelz, aku memang kurang setuju. Tapi yang nyuruh papa, kamu tau kan, papa itu paling tidak bisa mendengar kata tidak” berhenti sejenak dan menghembus nafasnya pelan “aku pasti akan sangat kehilangan kamu Yelz, my ever friend.” Selera makanku pun hilang, ga kebayang kan kalau Deu benar-benar terbang ke Belanda sana. Tapi mau gimana lagi, papa Deu emang orang yang keras dan disiplin, tidak heran kalau papanya Deu punya usaha raksasa bidang jasa transportasi darat, air dan udara, yang dibangun dari nol sejak muda, seperti yang pernah diceritakan Deu ke aku.

Hari ini aku izin dari sekolah, karena mau memberangkatkan Deu dari bandara. Deu tidak membuat special party teman sekelas untuk keberangkatan dia ke Belanda, papa Deu tidak suka yang begituan. Bahkan Deu harus memendam perasaan sukanya sama teman cowok satu sekolahan karena dia takut ketauan sama papanya, kasihan Deu. “Hai….sudah lama menunggu Yelz..” tanya papa Deu alias om Schutz memecah khayalku. Karena terkejut, aku tidak langsung menjawab pertanyaan itu. Aku melihat Deu dan adik laki-laki juga mamanya. Tiba-tiba kesedihanku muncul dan akhirnya aku tersadar kalau om Schutz dari tadi memandangi aku dengan heran. “Eh, iya..ga..eh..iya om. Aduh ngomong apaan sih,” kataku sambil memukul pelan keningku. “Maksudnya om, baru 15 menit.” sambil tersenyum ku sambung perkataanku. Deu datang mendekat dan memeluk aku. “Aku akan kirim email ke kamu, jadi meskipun jauh kita bisa tetap dekat dan komunikasian koq. Kalau pun tidak lagi bertemu, pasti kita kan bertemu sebagai keluarga Tuhan. Doakan aku ya juga salam buat teman-teman ya.” air mata Deu keluar dan aku tidak pernah melihat kesedihan Deu yang begitu banyak. “Akh kamu Deu, sedih sih boleh tapi jangan ngomong begitu! Emangnya Belanda itu dunia lain, kalau di peta kan cuma sejengkal dari Indonesia!” jawabku sambil bercanda tapi entah dari mana datangnya air mata yang mengalir deras di pipiku. Waktunya tiba, aku memeluk Deu yang masih tetap terisak. Papa dan mama Deu juga berangkat ke Belanda sekalian. Aku sedikit heran, karena Deu dan adik semata wayangnya itu biasanya kalau liburan selalu keliling Belanda, cuma mereka berdua aja yang berangkat, lagian papa dan mamanya kan manusia super sibuk. Tapi barangkali ada acara keluarga di sana, pikirku. Aku memandangi pesawat Deu sampai tidak nampak lagi. Sambil melambaikan tangan, dalam hati aku sampaikan salamku buat Deu, my ever friend dan keluarganya.

Keluar dari bandara dengan suasana hati yang masih sedih, aku menunggu taksi mau pulang. Pas berdiri, aku melihat seseorang yang sepertinya sangat kenal dengan sosok laki-laki yang sedang mengendarai Innova silver blue dengan seorang perempuan yang sangat cantik dan tampaknya sangat sepadan dengan dia, tapi siapa ya dia? Tanyaku dalam hati. Aku langsung ingat, rupanya itu laki-laki si blonde yang belagu pemilik pohon rindang di depan tempat lesku, sial, pikirku. Mobilnya berhenti, dia keluar dan berjalan yang sepertinya menuju ke arahku, “mampus aku,” kataku pelan pada diri sendiri. Aduh, gimana ya…aku ga mau jumpa dengan si blonde belagu ini lagi..akh, ada koran terletak. Langsung saja ku sambar koran itu dan menutupi wajahku, akhirnya tenang juga sampai nanti dia berlalu dulu. Apa yang kurencanakan ternyata tidak sesuai dengan harapan. Ada orang yang menendang kakiku, auw sakit banget sehingga aku menjerit-jerit mencampakkan koran dan memegangi kakiku. “Maaf..maaf nona, aku tidak lihat..bagaimana keadaanmu..maaf nona” pinta laki-laki itu. “Apanya yang maaf…emang kalau sudah minta maaf kakiku tidak sakit lagi, aduh mama sakit..” keluhku sambil memegangi kakiku. Lalu aku menegakkan kepalaku ke atas ingin melihat wajah laki-laki yang menginjak kakiku, ternyata…..????? “Hah, kamu lagi rupanya. Heh sebenarnya aku mimpi apa sih, satu minggu ini bertemu dengan anak sial seperti kamu? Atau kamu sengaja memanjangkan kakimu jadi kalau ada orang yang menginjak terus akan merasa bersalah lalu minta maaf lalu kamu minta bayarannya. Hehh..(sambil mendorong tubuhku kasar) aku sudah tidak mau ditipuin dengan orang seperti itu lagi. Berapa yang kamu mau, hahh?” dia mengeluarkan dompetnya dan mengambil urang ratusan ribu beberapa lembar lalu mencampakkannya ke wajahku sambil berkata “nih, biaya perobatan kakimu anak sial, kalau kurang suruh bapakmu datang minta, kalau perlu mama sama saudara-saudaramu semua. Mengerti!” lalu dia meninggalkan aku dan orang banyak menonton adegan yang menyebalkan ini. Bagai disambar petir, aku tertunduk melihat uang yang berserakan, ku pungut uang itu lalu ku kejar si blonde yang sombong itu. Akhirnya aku bertemu dengan dia, kutarik badannya sambil kubalikkan sehingga kami berhadapan “Plak, plak, plak, plak”…empat kali tamparan, 2 kali kanan dan 2 kali kiri, atas penghinaannya kepada bapak, mama, saudaraku dan aku. Kucampakkan uang itu kembali ke mukanya langsung kudorong dia dan aku pergi tanpa berkata sepatah kata pun. Orang banyak kembali menonton kami berdua, menyebalkan. Tapi masih lima langkah dari dia, aku berbalik dan menjumpai dia, tepat di depannya, sangat dekat sekali….aku mengeluarkan dompetku dan mengambil uang seribuan beberapa dan berkata “tidak ada di dunia ini anak yang dilahirkan orangtuanya menjadi anak sial. Jika orangtuamu kaya raya, suruh mereka berdua datang menjumpai orangtuaku untuk menyekolahkan kamu tatakrama. Ini ada uang…(ku tarik tangan kirinya dan ku letakkan uang itu ke tangannya) suatu saat kamu akan memerlukannya barangkali.” Ku tinggalkan dia bersama semua orang yang menontonnya.

Sampai di rumah, terasa sangat lega. Aku menuju ke kamar dan tidak makan malam lagi. Sedih hari ini yang ku rasakan. Aku duduk di daun jendela dan melihat ke langit, banyak bintang bertaburan tapi tidak ada bulan. Hembusan angin sepoi-sepoi mengajak aku merenungkan kejadian hari ini, lalu aku berdialog sendiri dalam hati “mengapa orang itu sangat sombong? Masalah apa yang dialaminya? Dan mengapa juga aku mendapat kejadian ini saat Deu sudah pergi, hanya Deu teman aku bisa curhat.” Air mata kembali membasahi pipiku dan “auw” aku tidak sadar memicit kakiku yang terinjak tadi di bandara. Karena lelah, akhirnya aku tutup jendela dan tidur.

to be continued.......

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Buat penulis yg anonim..(gw ga lht namanya sih..)
Bahasanya ringan,,tp alurnya jgn ringan,ya..Jgn tulis klo Yeltz (itu nama si cewe,ya?? artinya apa??) akhirnya pacaran dgn si blonde cute itu.. Okay.. Salam..